Disini saya tidak akan menyinggung masalah siapa yang menang dan yang kalah, atau membahas kekurangan masing-masing calon (salah satunya sudah menjadi presiden), atau mengkritik presiden terpilih atau calon presiden tak terpilih. Melainkan ingin berbagi tulisan dari seorang senior yang kami anggap cukup membuka pikiran masyarakat banyak.
Add caption |
Persaudaraan Karena Politik
1. Persaudaraan yang tumbuh karena suatu persamaan pilihan politik adalah sesuatu yg juga bisa disyukuri. Karenanya, bisa terjalin keakraban, kegembiraan dan kehangatan dalam sebuah kelompok komunitas interaksi. Ia bisa menjadi perekat sekaligus sebagai pencetus ide- ide atau bentuk keakraban dan interaksi lain berikutnya. Bila demikian, dan hanya demikian adanya, jalankan, lanjutkan.
2. Tetapi BILA persaudaraan karena persamaan politik mengakibatkan lebih rendahnya atau MENGALAHKAN bentuk- bentuk persaudaraan lain yg sebenarnya lebih tinggi dan lebih hakiki, maka persaudaraan politik itu adalah sebuah langkah dan keputusan yang NAIF dan KELIRU. Seberapa lama persamaan pilihan politik itu bertahan? Seberapa lama kepentingan politik itu terus bersama? Kalau itu sudah TIDAK LAGI, maka ia kan HANCUR terpecah terbelah dan mungkin akan lebih SAKIT karenanya. Dan kalaupun kebetulan ia masih terus sama, sesungguhnya persaudaraan karena urusan politik itu adalah SEMU. Ia hanya sebuah CANDU.
Rasa PONGAH, angkuh, suka BERMUSUHAN, MERENDAHKAN orang lain, MENJUDGE org lain, merasa BENAR SENDIRI dan semacamnya adalah sifat dan sikap- sikap yang DEKAT dengan politik/ kekuasaan yang diikat dalam sebuah PERSEKUTUAN yang disebut dengan PERSAUDARAAN POLITIK itu.
3. Boleh- boleh saja, sah- sah saja menyatu dan mengikatkan diri ke dalam persaudaraan politik. Tetapi di atas itu segalanya, jadikanlah kesamaan IMAN, kebaikan AKHLAK, kesamaan sebagai MAKHLUK TUHAN yang saling membutuhkan dan MENGHARGAI serta sisi- sisi kemanusiaan yang HAKIKI menjadi PEREKAT dan PARAMETER untuk tetap menjalin persaudaraan dengan siapapun juga. Karena satu AGAMA, karena satu ALMAMATER, karena satu daerah ASAL, karena BERTETANGGA, karena satu PROFESI dan persamaan lain semacamnya adalah bentuk persaudaraan yang sejatinya LEBIH BAIK tingkatannya dari persamaan dibandingkan karena PILIHAN POLITIK.
4. Ketika persaudaraan politik itu telah membuat - yang seiman, yang sealmamater, yang satu daerah, yang bertetangga dsb TETAPI BERBEDA PILIHAN, menjadi dimusuhi, dibenci, dijauhi dan tidak ada lagi NILAI-NILAI SILATURRAHMI dan bahkan menjadikanya bak kaum yang sedang berperang, maka sadarilah bahwa kita sudah men-TUHANKAN POLITIK! Orang yang BERBUAT BAIK, orang yng beramal, yang beribadah TIDAK LAGI DINILAI dan DIPANDANG sebagai bagian dari KITA. Semua kita rendahkan, kita hinakan. Dan saking parahnya, hal- hal yang ringan dan lucu yang disampaikan pun tidak lagi membuat kita tertarik, berusaha untuk tidak tertawa atau menahan tawa. Kita tidak lagi mau meng-iya kan, menyetujui, mengakui meski dalam hati kita tahu itu benar adanya. Dalam hal postingan di media sosial misalnya, kalau itu bukan saudara politik kita meski benar, itu dilewati, dicueki, tidak pernah like sama sekali dan tdk akan pernah "like". Ttp bila itu saudara politik kita, apapun yang ditulis, semuanya menjadi suka dan tertarik. MAKA PERSAUDARAAN POLITIK SEPERTI INI, jangankan persamaan almamater, persamaan agamapun TAK LAGI nampak sebagai kesamaan dan perekat. Meski sama- sama shalat ke mesjid, sama-sama shalat malam, sama- sama mengaji, sama- sama ikut pengajian - tetapi karena dia/ mereka berbeda pilihan politik, MEREKA BUKANLAH SAUDARA. Mereka hanyalah orang FASIK, MUNAFIK. Mereka bahkan kita katakan MENJUAL AGAMA. Uuukh... Demikian hebatnya sebuah jalinan dan pemikiran dalam ikatan persaudaraan politik. Maka SESUNGGUHNYA yang kita jalani itu adalah PERSAUDARAAN SAKIT, persaudaran ORANG- ORANG SAKIT! Betapa tidak. Melihat yang bukan saudara politik, mata jadi merah, dada jadi sesak, kepala mulai panas, kening mengkerut dan otak menjadi menyusut. Sakit. Yang kita cari bagaimana menjatuhkan, menyudutkan dari celah yang nampak pada yang bukan saudara politik.
5. SEMOGA JANGAN SAMPAI terjadi demikian di antara kita. BILA sudah ada yang mulai mengarah ke demikian, marilah bersegera MENYADARI, RUBAH dan kembalilah ke KHITTOH. Tidaklah persaudaraan politik dan pilihan politik yang demikian kan menyelamatkan kita dan sudah barang tentu itu tak akan menjadi amal dan nilai ibadah bagi kita.
___________
"Kita tidak akan pernah bisa merubah pandangan dan pemikiran seseorang. Kita mungkin hanya bisa memberi pandangan kita kepadanya dengan memberi sentuhan, dengan data fakta yg kita miliki, dengan cara yang baik lagi santun, sehingga ia kan menelaah atas pandangan kita itu dan lalu merubahnya sendiri.
Tetapi kita sudah pasti tidak akan didengar dan diterima, bila kita memberikannya dengan merendahkan, menyalah-nyalahkan, mempermalukan dan bahkan dengan menebar kebencian, karena sesungguhnya itu bukan cara untuk merubah melainkan sekedar ingin menunjukkan bahwa kita lebih hebat darinya"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar